Senin, 21 September 2015

MAKALAH- DAKWAH dan STRATIFIKASI SOSIAL



       I.            PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebelum melakukan kegiatan berdakwah dalam lngkungan masyarakat, hendaknya kita mengetahui struktur dan karakter masyarakat yang akan kita jadikan objek dakwah, dalam sistem bermasyarakat ada istilah stratifikasi, kasta, atau juga sering disebut kelas sosial, keadaan masyarakat yang sedemikian rupa membutuhkan perencanaan yang matang, karena stratifikasi sosial sangat berpengaruh terhadap interaksi sosial dan komunikasi antar individu dan antar antar kelompok,
Sebagai seorang dai haruslah selalu bersemangat dan bersungguh sungguh dalam dalam berdakwah pada berbagai situasi dan kondisi, suatu keadaan dan sepanjang masa dan jugaketika mereka berdakwah mengajak sekalian manusia pada jalan Allah serta taat kepada-Nya dengan perkataan maupun perbuatan untuk mencari keridaan Allah SWT, dari sini kami akan menjelaskan tentang Dakwah dan Stratifikasi Sosial
B.     Rumusan Masalah  
1.      Bagaimana konsep dakwah dan stratifikasi sosial ?
2.      Bagaimana stratifikasi menurut agama islam ?
3.      Apakah unsur-unsur stratifikasi ?
4.      Bagaimana konsekwensi dari stratifikasi ?
5.      Bagaimana strategi dakwah dalam masyarakat yang terstratifikasi ?




    II.            PEMBAHASAN

A.    Konsep Dakwah dan Stratifikasi
Dalam bahasa al-qur’an, Dakwah terambil dari kata :  يدعؤدعى , yang artinya lughawi (etimologi) memiliki kesamaan makna dengan kata al nida ( النداء  )  yang berati menyeru atau memanggil. Di tinjau dari aspek terminologis pakar dakwah Syekh Ali Mahmuf mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaanyang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat. Dakwah yang di maksud, Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah atau pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat di identikan dengan keduanya. Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan basirah, supaya menempuh jalan Allah SWT dan meninggikan agamanya. Dakwah Islam adalah dakwah basirah, maknanya berarti dakwah yang disebarluaskan dengan cara damai dan bukan dengan kekerasan, serta mengutamakan aspek kognitif (kesadarn intelektual), dan afektif (kesadaran emosional). Dakwah demikian ini, lebih lanjut disebut sebagai dakwah persuasif (membujuk).
Menerjemahkan dakwah agar dapat di pahami dari pelbagai sisi ilmiah dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan dua hal, doktrin dan sejarah Islam. Dari segi doktrinal, Islam mengklaim sebagai agama universal yang melampaui sekat-sekat keyakinan, teritorial, maupun ras kemanusiaan. Adapun dari segi historisnya di peroleh sederet fakta sejarah mengenai transmisi Islam baik secara kultural maupun politik. Baik paradigma doktrinal dan historis dalam relevansinya dengan dakwah adalah sebagai dasar analisis fenomena sosialisasi Islam yang menjadi idiom utama dakwah. (A.Ilyas Ismail, dan Prio Hotman.2011:27)
Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat  manusia pada umumnya, menurut petirim A. Sokorin, bahwa stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Perwujudan adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya sorokin menjelaskan  dasar dan inti lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah karena tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat. Lapisan-lapisan dalam masyarakat itu ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka sistem lapisan-lapisan dalam masyaralat akan semakin kompleks pula.
Dalam kehidupan masyarakat biasanya selalu terdapat perbedaan status antara orang satu dengan yang lainya, antara kelompok satu dengan kelompok lainya. Menurut konsep status sosial, bahwa didalam sekelompok masyarakat tertentu pasti di dalamnya terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada orang lainya.
Menurut soerjono soekanto (1982), selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai didalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam beragama atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat. Hassan Shadily mengatakan bahwa pada umumnya lapisan dalam masyarakat menunjukan :
1.      Keadaan senasib. Dengan paham ini kita mengenal lapisan yang terendah, yaitu lapisan pengemis, lapisan rakyat dan sebagainya.
2.      Persamaan batin ataupun kepandaian: lapisan terpelajar dan sebagainya.
Menurut Petirim A. Sokorin, bahwa sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat. Bagi siapa saja yang memiliki sesuatu yang dihargai atau dibanggakan dalam  jumlah yang lebih daripada yang lainya, maka ia akan dianggap mempunyai status dalam masyarakat  yang lenih rendah. Bagi sesorang yang memiliki status, baik yang rendah maupun yang tinggi, sama-sama mempunyai sifat kumulatif; artinya bagi mereka yang mempunyai status ekonomi yang tinggi biasanya relatif mudah ia akan dapat menduduki status-status yang lain, seperti status sosial, politik ataupun kehotmatan tertentu dalam masyarakat. Begitu juga bagi mereka yang sedikit mempunyai status atau mereka yang tidak mempunyai sama sekali sesuatu yang di banggakan, biasanya mereka cenderung akan semakin sulit untuk dapat naik status, atau bahkan dapat dikatakan seorang yang miskin cenderung semakin menjadi-jadi kemiskinanya.
Mengenai bentuk-bentuk konkret dari stratifikasi sosial dalam masyarakat, pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi tuga macam, yaitu kelas ekonomi, politik dan sistem nilai yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat tertentu. (Abdul syani. 1994: 82-84)

B.     Statifikasi Menurut Islam
Surat An-Nisaa’ telah menetapkan prinsip persamaan tersebut secara jelas dan tegas, dan mendasarkan perubahan masyarakat pada prinsip tersebut. Surat An-Nisaa’ mengawali ayatnya dengan menjelaskan prinsip tersebut di mana secara tegas dikatakan:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ    
“hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu  sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim sesunguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (Qs. An-Nisaa’ 4:1)
Semua manusia diletakkan pada posisinya secara alami jika dinisbatkan kepada tuhan yang maha pencipta dan yang berhak disembah. Peletakan yang demikian telah memposisikan manusia pada posisi yang sama, di mana seseorang diantara mereka tidak ada bedanaya dari yang lainnya, suatu bangsa tidak ada bedanya dari bangsa yang lainnya, suatu golongan tidak ada bedanya dari golongan yang lainnya, dan satu keturunan tidak ada bedanya dari keturunan yang lainnya, inilah dasar pertama pembentuk prinsip persamaan.
Selain dari ayat di atas terdapat hadis yang menjelaskan prinsip persamman diantara manusia, secara tegas dan jelas tersurat dalam sabda Rasulullah SAW yang disampaikan dalam pidatonya yang sangat monumental pada waktu haji wada’ (haji perpisahan) di mana beliau bersabda,
 “Wahai segenap manusia, sesungguhnya tuhan itu Satu (Esa) dan bapakmu itu satu. Dan bapakmu itu satu. Kamu semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Tidak ada keutamaan (kelebihan) orang Arab atas orang Ajam (non Arab) kecuali karena ketakwaan. Ingatlah, apakah akau telah menyampaikannya? Maka mereka menjawab “ya benar”. Selanjutnya rasulullah bersabda, ‘hendaknya orang yang hadir di antara kamu menyampaikan (hal ini)kepada orang yang tidak hadir”.
Makna yang terkandung dalam khutbah tersebut di atas sejalan dengan makna yang terkandung dalam nash-nash Al-Quran Al karim, di mana di dalamnya disebutkan Tuhan Yang Maha Satu (Esa), bapak yang satu, dan menafikan pemilihan kecuali atas dasar ketakwaan Rasululah SAW mempersaksikan sabdanya itu kepada para audiensnya, sehingga mengakui bahwa hal itu benar-benar  telah disampaikan oleh beliau. Selanjutnya beliau memerintahkan kepada orang yang hadir (mendengarnya) di antara mereka untuk menyampaikan kepada orang yang tidak hadir (tidak mendengarnya), bahwa Rasulullah telah menyampaikan persoalan yang sangat penting, berkenaan dengan pembentukan dan pembinaan masyarakat yang sehat. (Syaikh Muhammad Al Madani, 2002 : 73-80)
Menurut kitab Adda’ Watut Taammah Wa Tadzkiratil ‘Aammah karya sayyid Abdullah bin alawi al-haddad membagi ke dalam delapan macam objek dakwah (golongan manusia)
Pertama           :           golongan para ulama
Kedua             :           golongan ahli zuhud dan ibadah
Ketiga             :           golongan penguasa dan pemerintah
Keempat          :           golongan kaum pedagang dan pegawai
Kelima             :           golongan kaum lemah dan fakir miskin
Keenam           :           golongan keluarga dan para hamba
Ketujuh           :           golongan ahli taat dan durhaka dari orang-orang biasa (awam)
Kedelapan       :           golongan orang yang tak mau menerima dakwah allah dan
                                    Rosul-Nya. (Sayyid Abdullah al-Haddad, 2001: 13)

C.    Unsur-Unsur Stratifikasi
Dalam stratifikasi sosial terdapat dua unsur pokok, yaitu status (kedudukan) dan peranan. Status dan peranan mempunyai hubungan timbal balik yang merupakan unsur penentu bagi penempatan sesorang dalam strata tertentu dalam masyarakat. Kedudukan dapat memberikan pengaruh, kehormatan, kewibawaan pada seseorang; sedangkan peranan merupakan sikap tindak seseeorang yang menyandang status dalam kehidupan masyarakat.
1.      Status sosial
Menurut mayor polak (1979), status dimaksudkan sebagai kedudukan sosial seorang oknum dalam kelompok serta dalam masyarakat, status mempunyai dua aspek, pertama; aspek yang agak stabil, dan kedua aspeknya yang lebih dinamis. Polak mengatakan bahwa status mempunyai aspek struktural dan aspek fungsional. Pada aspek yang pertama sifatnya hirarkis, artinya mengandung  perbandingan tinggi atau rendahnya secara relatif terhadap status-status lain. Sedangkan aspek yang kedua dimaksudkan sebagai peranan sosial (social role) yang berkaitan dengan status tertentu, yang dimiliki oleh seseorang.
Dalam kehidupan kelompok masyarakat sesorang senantiasa  memliki suatu status sosial, yaitu merupakan kedudukan individu dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat.
Status sosial dapat dibedakan atas dua macam menurut proses perkembanganya, yaitu sebagi berikut:
a)      Status yang diperoleh atas dasar keturunan  (ascribed-status). Pada umuknya status ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat feodal atau masayarakat yang menganut paham rasialisme.
b)      Status yang diperoleh atas dasar usaha yang disengaja (achieved- status), status ini dalam perolehanya berbeda dengan status atas dasar kelahiran, kodrat atau keturunan; status ini bersifat lebih terbuka, yaitu atas dasar cita-cita yang direncanakan dan diperhitungkan dengan matang.

2.      Peranan sosial
Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Seseorang dapat dikatakan berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu harapan-harapan baru. Oleh karena itu pernanan dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana seseorang yang mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Dengan singkat peranan dapat dikatakan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan statusnya dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut maka peranan dalamkehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status.
Menurut levinson, bahwa peranan itu mencakup tiga hal, yaitu: pertama; pernan meliputi norma-norma yang dihbungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam artu ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua; pernanan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisai, ketiga; pernanan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. (Abdul syani. 1994: 91-95)

D.    Konsekuensi Stratifikasi Sosial
Perbedaan tingkat pendidikan, kekayaan, status atau perbedaan kelas sosial tidak Cuma memengaruhi perbedaan dalam hal gaya hidup dan tidakan, tetapi  seperti yang ditulis Harton dan Hunt juga menimbulkan sejumlah  perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan manusia , sepertipeluang hidup dan kesehatan, peluang bekerja dan berusaha, respons terhadap perubahan, pola sosialisasi dalam keluarga, dan perilaku politik.
Berikut konsekuensi stratifikasi sosial :
a.       Gaya Hidup
Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang agama,moralitas, selera makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainnya, gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atratif dan eksklusif. Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan, pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antara kelas satu dengan kelas yang lain umumnya tidak sama.
Sebuah keluarga yang berasal dari kelas atas, mereka biasanya akan cenderung memilih berlibur ke luar negeri. Untuk keluarga yang berasal dari kelas menengah, tempat untyuk berlibur biasanya tidak diluar negeri tetapi cukup di Bali, Lombok, Jogjakarta dll. Sedangkan untuk keluarga kelas bawah biasanya mereka beribur di kota-kota terdekat yang hawanya sejuk. Di kalangan keluarga yang benar benar miskin, mereka bahkan hanya mengisi waktu luang dengan menikmati tontonan tellevisi di rumah, atau sesekali pergi ke kebun binatang.
Sebagian orang kelas sosial bawah, memang terkadang mereka mencoba meniru atribut yang dikenakan gaya hidup kelas sosial diatasnya.
b.      Peluang Hidup dan Kesehatan
Berbagai kajian yang dilakukan ahli sosiologi dan kependudukan telah banyak menemukan kaitann antara stratifikasi sosial dengan peluang hidup dan kesehatan keluarga. Misalnya, ditemukan bahwa keluarga yang miskin, tidak berpendidikan, dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani dan mudah terserang penyakit.
Dikalangan kaum ibu yang tidak berpendidikan, terjadinya kematian bayi relatif lebih tinggi, karena tinggi rendahnya pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertiannya dalam kesehatan keluarga. Sekurang-kurangnya ada dua faktor yang berinteraksi untuk menghahsilkan hubungan antara kelas sosial dengan kesehatan. Pertama, para anggota kelas sosial lebih tinggibiasanya menikamati sanitas, tindakan tindakan pencegahan serta perawatan medis yang lebih baik. Kedua, orang orang yang mengidap penyakit kronis, status sosialnya lebih meluncur ke bawah dan sulit mengalami mobilitas vertikal karena penyakitnya menghalangi mereka untuk memperoleh dan mempertahankan berbagai pekerjaan.


c.       Respons Terhadap Perubahan
Setiap kali terjadi proses perubahan, sudah barang tentu membutuhkan proses adaptasi, dan bahkan respon yang tepat dari warga masyarakat yang tengah berubah itu.  Berbeda dengan orang-orang yanng berpendidikan dan berasal dari kelas atas, bahwa kelas sosial yang rendah sering kali merupakan kelompok yang paling terlambat menerapkan kecenderungan baru, khususnya dalam cara pengambilan keputusan. Orang-orang kelas sosial yg rendah umumnya ragu-ragu untuk menerima pemikiran dan cara-cara baruserta curiga pada pencipta hal-hal baru.
Terbatasnya penddikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan banyak orang-orang sosial rendah itu tidak mengetahui latar belakang pemikiran yang mendasari berbagai progam perubahan yang ditawarkan.
Kelas sosial atas dimana sebagian besar berpendidikan relatf memadai, cenderung lebih responsif terhadap ide-ide baru, sehingga acapkali mereka lebih sering bisa memetik manfaat dengan cepat atas progam baru atau inovasi yang diketahuiya.
d.      Peluang Bekerja dan Berusaha
Peluang bekerja dan berusaha antara kelas sosial rendah dengan kelas sosial di atasnya umumnya jauh berbeda. Dengan koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang tinggi, dan uang yang dimiliki, kelas sosial atas relatif lebih mudah membuka usaha atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.
Ketidakberdayaan dan jauhnya kemungkinan golongan masyarakat miskin untuk memiliki akses terhadap kekuasaan dalam banyak hal telah menyebabkan posisi mereka tetap rentan dan sulit untuk berkembang.
e.       Kebahagiaan dan sosialisasi dalam Keluarga
Kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya cacat tubuh. Tidak pula dipengaruhi oleh faktor usia. Dari semua faktor yang diteliti, kelas sosiallah yang tampak kaitannya memiliki kaita paling erat. Orang-orang umumnya lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga lebih berkemungkinan untuk merasa bahagia daripada orang-orang yang kurang berada.  
Perselisihan dan terjadinya tindak kekerasan di antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya di kalangan keluarga yang berada dalam banyak hal relatif kecil.
Dalam keluarga keluarga yang tidak asing dengan tindak kekerasan, pihak yang biasanya paling banyak menjadi korban adalah anak yang tidak diharapkan, seperti anak haram, anak tiri, dll. Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi objek pelampiasan dari ketidakmampuan orangtua memenuhi kebutuhan ekonomi dan meraih hal-hal lain yang diinginkan.

f.       Perilaku Politik
Semakin tinggi kelas sosial semakin cenderug sang individu mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik pada politik, membahas soal-soal politik, menjadi anggota organisasi yang mempunyai arti penting secara politis, dan berusaha mempengaruhi pandangan politik  orang lain.
Intensitas keterlibatan orang-orang berpendidikan dalam berbagai perkembangan informasi yang disebarluaskan media masa adalah salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang yang berpendidikan bisa mengikuti diskusi masalah politik atau bahkan ikut bermain di dalamnya. (J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto., 2010:182-190)


E.     Strategi dakwah pada masyarakat yang terstratifikasi
Al bayanuni membagi setrategi dakwah dalam tiga bentuk (1993, 204-219) yaitu
1.      Strategi sentimentil (al manhaj al-athifi)
2.      Strategi rasional (al manhaj al-aqli)
3.      Strategi indrawi (al manhaj al-bissi)

Strategi sentimentil (al manhaj al-athifi) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati, menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dalam strategi ini. metode metode ini sesuai dengan mitra dakwah yang terpinggirkan (marjinal) dan dianggap lemah seperti kaum perampuan, anak-anak, orang yang masih awam, para muallaf (imannya lemah), orang oranng miskin anak-anak yatim dan sebagainya
Strategi rasional (al manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra untuk berpikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.
Strategi indrawi (al manhaj al-bissi) juga dapat dinamakan strategi eksperimen atau strategi imiah. Ia didefinisikan sebagai system dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan, di antara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan dan pentas drama, seperti yang dilakukan penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun Yahya, menggunakan strategi ini dalam menyampaikan dakwahnya, M. Quraish Shihab, pakar tafsir kenamaan dari Indonesia juga sering menguraikan hasil penemuan ilmiah saat menjelaskan ayat-ayat Al-Quran (Moh.ali aziz. 2004 :351-353)



 III.            PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan basirah, supaya menempuh jalan Allah SWT dan meninggikan agamanya. Tantangan dalam berdakwah juga terjadi ketika kita menghadapi masyarakat yang terstratifikasi, Dalam kehidupan masyarakat biasanya selalu terdapat perbedaan status antara orang satu dengan yang lainya, antara kelompok satu dengan kelompok lainya. Menurut konsep status sosial, bahwa didalam sekelompok masyarakat tertentu pasti di dalamnya terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada orang lainya. Namun islam menjelaskan bahwa Semua manusia diletakkan pada posisi yang sama secara alami jika dinisbatkan kepada tuhan yang maha pencipta dan yang berhak disembah. Peletakan yang demikian telah memposisikan manusia pada posisi yang sama, di mana seseorang diantara mereka tidak ada bedanaya dari yang lainnya, suatu bangsa tidak ada bedanya dari bangsa yang lainnya, suatu golongan tidak ada bedanya dari golongan yang lainnya, dan satu keturunan tidak ada bedanya dari keturunan yang lainnya kecuali dilihat dari ketakwaannya. Al bayanuni membagi setrategi dakwah dalam tiga bentuk (1993, 204-219) yaitu :Strategi sentimentil (al manhaj al-athifi), Strategi rasional (al manhaj al-aqli), Strategi indrawi (al manhaj al-bissi)

Categories:

1 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Copyright © Komunikasi & Penyiaran Islam (KPI-C '14) | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑