Rabu, 08 April 2015

MAKALAH-SUSUNAN MATERI, JENIS-JENIS dan PENDEKATAN DALAM PENYULUHAN ISLAM



PENDAHULUAN

I.          LATAR BELAKANG
          Penyuluhan adalah kata yang sudah akrab di dunia pendidikan, baik pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan non-formal di masyarakat. Bagi penyuluh agama dalam melakukan penyuluhan terkadang kurang memperhatiakan atau mencermati masalah konsep dasar dalam penyuluhan. Baik dari segi penyusunan materi, jenis materi yang akan disampaikan dan juga metode pendekatan yang digunakan dalam penyuluhan. Bagi mereka yang penting melakukan penyuluhan, tanpa memandang terlebih dahulu situasi maupun kondisi yang akan dijadikan sebagai objek penyuluhan. Dari pemahaman seperti inilah yang terkadang memberikan hasil yang kurang maksimal dalam penyuluhan. Maka dari itu kiranya sangat penting bagi seorang penyuluh untuk memahami terlebih dahulu konsep dasar dalam melakukan penyuluhan baik dari segi penyusunan, jenis-jenis materi maupun metode yang akan digunakan dalam melakukan penyuluahan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penyuluhan dapat tersamapaikan secara tepat pada objek penyuluhan.






II. RUMUSAN MASALAH

1.    Bagaimana susunan materi penyuluhan dalam Islam?
2.    Apa jenis-jenis materi penyuluhan dalam Islam?
3.    Bagaimana pendekatan yang digunakan dalam penyuluhan Islam?





PEMBAHASAN

A. Susunan Materi

            Susnan materi secara garis besar meliputi mukaddimah, uraian pokok bahasan, kesimpulan dan penutup. Apabila penyusun akan mengembangkan dengan sistematika yang lain dapat diperkenankan sepanjang hal-hal tersebut sudah dimasukkan.[1]

1. Mukaddimah
            Mengemas konsep penyuluhan yang didahului pola mukaddimah antara konsep ungkapan peristiwa penyuluhan berupa perkataan dan tulisan memberikan perbedaan, dimana pada tulisan diungkapakan secara keseluruhan sedangkan penyuluhan ungkapan perkataan tidak ditulis secara keseluruhan, akan tetapi hanya pointersnya saja dan ditulis mana yang diperlukan untuk membantu ingatan ketika melaksanakan penyuluhan.
            Kemasan mukaddimah haruslah mempunyai ruh dan daya tarik, agar memperoleh keberhasilan dalam ungkapan. Agar mempunyai ruh dan daya tarik, dalam mukaddimah dapat dikemas dengan mengemukakan :
a. Berupa materi yang menimbulkan ketertarikan penerima untuk mengetahui penjelasan yang disampaikan.
b. Pemateri melontarkan atau memberikan pola ilustrasi yang merupakan ungkapan dari permasalahan.
c. Pemateri memberikan ungkapan kisah yang mengandung kebenaran dan hindari terhadap kisah kontroversial pada kebenaran yang membawa pada kerusakan moral. Pengungkapan kisah ini bermakna peringatan  dan kegembiraan guna menggugah penerima untuk memulai menggunakan pemikirannya.
d. Penyampaian materi mengemukakan simbol peristiwa yang sifatnya masih aktual. Penerima selalu bersifat haus terhadap informasi baru dan hindarkan terhadap informasi yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh penerima.
e. Pemateri mengungkapkan simbol, mengungkapkan simbol yang mengejutkan penerima simbol dan hindarkanlah lelucon yang dibuat-buat, karen dapat melemahkan mukaddimah.[2]
f. Pemateri memberikan rekapitulasi bahwa presentasi mukaddimah 10%-15% dari keseluruhan uraian.

2. Uraian Pokok Pembahasan
            Bobot uraian pokok pembahasan berupa lambang-lambang yang diberikan haruslah merujuk pada disiplin keilmuan dan disiplin teori dalam pengungkapannya agar memiliki kredibilitas, dan yang demikian adalah sebagai berikut :[3]
a. Dengan menggunakan pola pemikiran yang bersifat “induktif”, pada pemikiran ini hakikatnya , ialah dengan pengoperan lambang-lambang berupa kata-kata atau tulisan , dari makna-makna yang bersifat parsial (dapat dibagi-bagi) membawa kepada makna yang bersifat tak dapat dibagi-bagi (universal) karena sifat yang diberikan.[4]
b. Penggunaan pola pemikiran deduktif, yang merupakan kebalikan pola pemikiran induktif, yaitu dari makna yang bersifat universal, membawanya kepada makna yang bersifat parsial.
c.  Menoperkan lambang berupa data atau fakta berbentuk subyektif, yaitu teks maupun peristiwa yang dianggap sudah baku.
d. Mengoperkan lambang data atau fakta bersifat obyektif, berupa teks atau peristiwa yang ada hubungannya dengan uraian pokok pembahasan, pengoperan lambang objektif dengan mengemukakan mana data yang mempunyai kekuatan dan mana yang mempunyai kelemahan, dan peran sipengoper lambang hanyalah sebagai fasilitator dari sipenerima lambang yang akan memberiakan penilaian pada berbagai data obyektif yang dikemukakan si pengoper lambang.
e. Uraian pokok bahasan-bahasan dengan memadukan antara data subyektif dengan data obyektif diuraikan pada uraian pokok pembahasan yang konsisten denagn judul pembahasan oleh pengoper lambang. Jumlah skala ukur uraian pokok pembahasan berskala ukur 70%-75% dari keseluruhan materi dan diganbarkan bahwa uraian pokok ini lebih banyak skala ukurnya dari uraian mukaddimah.

3. Uraian Kesimpulan dan Penutup
            Berbagai ungkapan yang dimulai dengan uraian mukaddimah hingga uraian pokok pembahasan telah dikemukakan si pengoper lambang dan sebagai uraian terakhir dari suatu konsep naskah penyuluhan, ialah uraian kesimpulan dan penutup sebagai tanda selesai pembahasan judul yang disampaikan, dan pada uraian ini berskala ukur 10% - 20% saja, tergantung dari uraian mukaddimah  dan uraian pokok pembahasan yang telah diberikan. Dan perlu diketahui bahwa pada uraian kesimpulan dan penutup inilah, yang lebih direkomendasikan sipenerima lambang daripada uraian mukaddimah dan uraian pokok pembahasan, dan karenanya diharapkan agra sipengoper lambang dalam mengemukakan kesimpulan, dapat memberikan rekapitulasi dari uraian sebelumnya atau ide-ide yang dikemukakan dijelaskan dengan sejelas-jelasnya agar sipenerima dapat memahami dari uraian-uraian sebelumnya.[5]

B. Jenis-jenis Penyuluhan Dalam Islam
       Materi dakwah dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu materi bidang agama dan materi bidang pembangunan.[6]
1.    Agama
a.    Aqidah Islamiyah meliputi :
1)      Percaya dengan rukun iman yang enam.
2)      Aspek keyakinan seorang muslim terhadap islam.
3)      Kewajiban seorang muslim menurut ajaran islam.
4)      Malaikat dengan segala permasalahannya.
5)      Kitabbullah dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
6)      Aspek keyakinan kepada Nabi/Rosul.
7)      Hari pembalasan sebagai janji Allah SWT.
8)      Tentang qadha dan qadar.
9)      Mizan (pertimbangan) pahal dan dosa manusia.
10)  Yakin dengan adanya surga dan neraka.
11)  Yakin dengan hari kiamat.
b.    Syari’ah meliputi :
1)      Hablumminallah.
2)      Hablumminannas.
3)      Beberapa pengertian ibadah.
4)      Ibadah yang khas dan yang ‘am.
5)      Pentinganya ibadah dalam kehidupan manusia.
6)      Nisbah ilmu dengan ibadah.
7)      Nisbah iman dengan ibadah.
8)      Ibdah sebagai bagian dari syari’ah.
9)      Sumber-sumber syari’ah.
10)  Klasifikasi dan pelaksanaan syari’ah.
11)  Kedudukan shalat, zakat, puasa dan haji dalam ajaran islam.
12)  Peranan zakat dalam mengatasi kemiskinan.
c.       Akhlak meliputi :
1)      Beberapa pemahaman tentang akhlak, ihsan, moral da etika.
2)      Akhlak dan etika (sebuah perbandingan).
3)      Nilai dan moral dalam islam.
4)      Beberapa pengaruh nilai dan norma terhadap tingkah laku manusia.
5)      Kriteri akhlah yang baik dan yang buruk.

2. Pembangunan
a.    Materi Penunjang
1)   Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, pandangan hidup dan falsafah negara.
2)   Penjabaran Pancasila dalam UUD 1945.
b.    Usaha perbaikan gizi keluarga menurut Islam
1)   Tujuan hidup (berisikan) arti kehidupan bagi manusia, cara menjalani kehidupan yang lebih bermakna, masalah perkembangan gizi .
2)   Kewajiban memiliki kehidupan antara lain :
Pelestarian kehidupan sebagai suatu kewajiban setiap individu, penyediaan sarana fisik.
3). Cara-cara pemeliharaan kehidupan antara lain :
Sunnatullah dan hubungannya dengan pemeliharaan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
c.    Motivasi dan penyuluhan Imunisasi melalui jalur agama Islam
1)      Perhatian Islam terhadap kesehatan.
2)      Prinsip kesehatan dalam Islam.
3)      Tuntunan pemeliharaan kesehatan.
4)      Derajat kesehatan.
5)      Kesehatan ibu dan anak.
d.   Motivasi supaya kerja keras mencari rizki
1)      Hubungan agama Islam dengan ketenaga kerjaan.
2)      Hubungan agama Islam dengan perekonomian.
3)      Agama Islam dan Bank Islam ( Bank Syari’ah, Bank Muamallat).
4)      Agama Islam dan Koperasi, Asuransi dan lain-lain.
5)      Zakat dan Pajak.
e.    Agama Islam dan Kedokteran
1)      Hukum Kloning.
2)      Teknologi modern.
3)      Pembangunan berkelanjutan.
4)      Lingkungan hidup.
5)      Hak asasi manusia.
6)      Demokratisasi.




C. Pendekatan Penyuluhan dalam Islam
1. Pendekatan Normatif
Pendekatan formal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas lebih berupa mengejawantahkan pesan-pesan agama sebagai mana adanya terhadap masyarakat, jadi bisa dikatakan memasyarakatkan nilai-nilai agama. Pendekatan ini cendrung mengabaikan nilai-nilai budaya lokal yang sudah terlebih dahulu tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lokal. Pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh kepastian hukum bahwa suatu komunitas masyarakat telah masuk ke dalam sistem ajaran agama. Penerapannya, boleh jadi mendapatkan berbagai tantangan, terutama ketika penerjemahan kondisi ideal tersebut bertentangan dengan semangat lokal. Jika tidak disikapi dengan bijaksana, maka yang terjadi kemudian bukanlah melahirkan prototipe masyarakat ideal yang diharapkan melainkan kondisi masyarakat yang kehilangan identitas.


2. Pendekatan Kultural
Pendekatan atau strategi kultural menerapkan konsep universal agama. Maksudnya dalam sisi-sisi ajarannya yang memiliki semangat modernitas dalam setiap dimensi waktu dan tempat, maka berarti juga memiliki kesanggupan untuk berdialog dengan kultur lokal. Indonesia merupakan Negara dengan wilayah yang kaya dengan budaya. Di satu sisi, mungkin ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk mengkomunikasikan esensi ajaran agama. Di sisi lain, boleh jadi ini merupakan suatu kondisi yang positif untuk menambah wawasan dan wacana keberagamaan yang penuh dengan semangat tasamuh dan egaliter. Untuk mewujudkan pendekatan kultural ini, maka dibutuhkan perangkat wawasan yang luas dan mendalam mengenai hakikat ajaran agama itu sendiri di samping pemahamannya yang matang mengenai kultur lokal. Sehingga seorang penyuluh memiliki kemampuan untuk mendialogkan esensi ajaran agama dengan semangat kultur lokal. Tentu saja, keadaan ini bukanlah menjadikan adanya sinkretisme ajaran, sebagaimana ditegaskan dalam semangat keberagamaan itu sendiri dalam tataran keyakinan sudah tegas batasannya. Artinya kondisi-kondisi kemasyarakatan dengan segala keadanya, diupayakan mencari rujukannya kepada sumber otoritas ajaran agama, dengan demikian maka semangat jaman tidak kehilangan relevansinya dengan semangat agama.[7]


PENUTUP

Kesimpulan

Penyuluhan adalah penyampaian pesan mengenai prinsip-prinsip etika dan nilai dalam keberagamaan yang baik. Hasil akhir dari penyuluhan yang ingin dicapai adalah tersampaikannya pesan secara tepat pada obyek penyuluhan. Beberapa hal yang sering tidak diperhatikan dalam penyuluhan ialah dalam mempersiapkan susunan materi, jenis-jenis materi penyuluhan dan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penyuluhan. Sehingga hal ini yang tidak dapat memberikan hasil maksimal dalam penyuluhan. Oleh karenya sudah semestinya seorang penyuluh terlebih dahulu memperhatikan ketiga poin tersebut dalam konsep dasar penyuluhan, sehingga yang menjadi tujuan dari penyuluhan dapat tersampaikan secara tepat dan maksimal.












[1] Herman Bahdin.dkk. Pengembangan Materi Penyuhan Agama Islam . Departemen Agama RI : Jakarta.2002.hlm 23
[2] Ibid 33
[3] Ibid 36-37
[4] Ibid 37
[5] Ibid.hlm 45-46
[6] Bambang Pranomo.Materi Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam. Departemen Agama RI : Jakarta.2003.hlm 67-70
[7] http//Sumbar.kemenag.go.id/../qgdj13848394.02/04/2015.13:25

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Copyright © Komunikasi & Penyiaran Islam (KPI-C '14) | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑