Rabu, 01 April 2015

MAKALAH-PENGANGKATAN MUHAMMAD MENJADI NABI DAN RASUL



I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Nabi Muhammad saw adalah simbol manusia sempurna, lewat keindahan akhlaqnya, lurus prilakunya, kebersihan fitraahnya, keluasan pengalaman hidupnya, mulai berdagang ketika masih kecil, berangkat ke Syam untuk berdagang dalam perjalanan musim dingin, yang dengan safar dan dagang itu memberinya pengalaman tentang manusia, berperan serta bersama mereka dalam kehidupan nyata, memperluas wawasan.
Semua pekerjaannya, perniagaannya, keluarganya tidak merubahnya dari perenungan dan berfikir tentang kekuasaan langit dan bumi. Tidak merubahnya dari tabiatnya yang lama terdiam, suka berkhalwah (menyendiri) dari kaumnya, sehingga ia lepas dari kesibukannya. Apa yang dilakukan kaumnya yang menyembah berhala yang mereka buat sendiri, tidak nyaman di matanya, dan tidak dapat diterima akalnya.
Hal ini terjadi tidak karena kekerdilan jiwa atau menghindari kehidupan sosial. Ia terlibat aktif dalam hilful fudhul sebelum Islam. Demikian juga statusnya sebagai pedagang tidak mungkin menyendiri dari kamunitas kaumnya. Akan tetapi khalwah itu disebabkan oleh ketinggian jiwa, kemuliaan diri dari kehinaan kaumnya yang terbiasa dengan tradisi nenek moyangnya, seperti menyembah berhala, minum khamr, berjudi, berlebihan dalam kelalaian dan kenikmatan, makan harta orang lain dengan batil.
Dan setelah menikahi Khadijah beliau mendapat tugas untuk menjadi Nabi dan Rasul bagi seluruh umat di dunia
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses pengangkatan Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul ?
2.      Bagaimana kondisi psikis Muhammad SAW sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul?
3.      Bagaimana peran Khadijah mensikapi kondisi psikis Nabi Muhammad SAW?
4.      Bagaimana petunjuk pelaksanaan tugas kerasulan?


          II.       PEMBAHASAN
A.             Pengangkatan  Muhammad SAW menjadi Nabi dan Rasul
Selagi usia Rasulillah Shallallahu Alaihi wa Sallam hampir mencapai empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai adalah mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari gandum dan air beliau pergi ke gua Hira di Jabal Nur, yang jaraknya kira-kira dua mil dari Makkah. Suatu gua Hira yang tidak terlalu besar, dan panjangnya empat hasta dan lebarnya antara tiga perempat hingga satu hasta. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam di sekitarnya dan kekuatan yang tak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan kaumnya yang penuh dengan kemusyrikan dan segala persepsi mereka yang tak pernah lepas dari tahayul. Sementara itu, di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas dan mempunyai batasan-batasan tertentu, yang biasa menghantarkan kepada keridhaan dan kepuasan hati beliau.
Pilihan beliau untuk mengasingkan diri ini termasuk satu sisi dari ketentuan Allah atas diri beliau, sebagai langkah persiapan untuk menerima urusan besar yang sedang ditunggunya. Ruh manusia manapun yang realitas kehupannya akan di susupi suatu pengaruh dan di bawa kea rah lain, maka ruh itu akan di buat kosong dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, dipisahkan dari kesibukan duniawi dan gejolak kehidupan serta kebisingan manusia yang membuatnya sibuk pada urusan kehidupan.
Begitulah Allah mengatur dan mempersiapkan kehidupan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, untuk mengemban amanat yang besar, merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama tiga tahun bagi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum membebaninya dengan risalah. Beliau pergi untuk mengasingkan diri ini selama jangka waktu sebulan, dengan disertai ruh yang suci sambil mengamati kegaiban yang etrsembunyi dibalik alam nyata, hingga tiba saatnya untuk berhubungan dengan kegaiban itu tatkala Allah sudah memperkenankannya.
Pada  bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa pengasingan di goa hiro, allah berkehendak untuk melimpahkan rahmadnya kepada penghuni, memuliakan beliau dengan nubuah  dengan menurunkan  malaikat  jibril pada beliau  sambil  membawa ayat-ayat al-qur’an.[1]

Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur di gua Hiro, ketika itulah datang Malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya; اقراء (bacalah) dengan terkejut Muhammad menjawab ما اقرء (saya tidak dapat membaca). Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi اقراء (bacalah) masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab ما ذا اقرء؟ (apa yang akan saya baca) seterusnya malaikat itu berkata
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusiadari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui. Dengan wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama”.  QS 96: 1-5[2]
Muhammad terdiam  bak patung dan tubuhnya gemetar. Ia menyimak kalimat itu dengan susah payah. Usia beliau saat itu 40 tahun,6 bulan,dan 12 hari berdasarkan penanggalan Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3 bulan,dan 20 hari menurut kalender Masehi. Malam itu adalah awal dari masa kenabian Muhammad
B.     Kondisi Psikis Muhammad SAW Sesudah Diangkat Menjadi Nabi dan Rosul
Kemudian ia terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada dirinya: gerangan apakah yang dilihatnya?! Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tak melihat apa-apa. Ia diam sebentar, gemetaran ketakutan. Kuatir ia akan apa yang terjadi dalam gua itu. Ia lari dari tempat itu semuanya serba membingungkan. Tak dapat ia menafsirkan apa yang telah dilihatnya itu.
Cepat-cepat ia menyusuri celah-celah gunung, sambil bertanya-tanya dalam hatinya siapa gerangan yang menyuruh membaca itu?! Kemudian ia memasuki pegunungan itu masih dalam rasa ketakutan dan masih bertanya-tanya. Tiba-tiba ia mendengar suara yang dahsyat memanggilnya. Ia melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dalam keadaan demikian khadijah telah mengutus orang untuk mencari Muhammad namun tidak menemukannya.[3]
Rasulullah SAW lalu pulang menemui Khadijah bin khuailid, seraya bersabda” selimutilah aku, selimuti aku! “ maka beliau di selimuti hingga badan beliau tidak lagi mengigil layakya terkena demam.
”Apa yang terjadi padaku beliau bertanya pada khadijah. Maka dia memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, “ aku kawatir terhadap keadaan diriku sendiri.”
Khadijah berkata, “ tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya,  karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran. [4]


C. Peran Khadijah Mensikapi Kondisi Psikis Nabi Muhammad SAW
Seperti juga dalam suasana tahannuth dan dalam suasana ketakutannya akan kesurupan, Khadijah yang penuh rasa kasih sayang, hati yang kehawatiran dan gelisah. Tapi ia tidak memperlihatkan rasa khawatir atau curiga bahkan dilihatnya  Nabi Muhammad dengan pandangan penuh hormat, seraya berkata:
            “Oh putra pamanku. Bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi dia yang memegang hidup Khadijah , aku berharap kiranya engkau akan menjadi nabi atas umat ini. Samasekali Allah takkan mencemooh kau; sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata, kau yang mau memikul beban orang lain dan menghormati serta menolong mereka yang dalam keulitan atas jalan yang benar.” Nabi Muhammad sudah merasa tenang kembali. Dipandangnya dengan mata penuh rasa terima kasih. Sekujur badannya terasa letih dan perlu sekali ia tidur.
            Nabi Muhammad sedang tidur. Khadijah menatapnya dengan hati penuh kasih dan harapan, kasih dan harapan terhadap orang yang tadi mengajaknya bicara, setelah dilihatnya tertidur dengan nyenyak, kemudian Khadijah pergi menjumpai saudara sepupunya (anak paman) waraqah b. naufal. Waraqah B. Naufal adalah seorang penganut agama nasrani yang sudah mengenal bible dan sudah pula menerjemahkan sebagian ke dalam bahasa arab. Ia menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar oleh nabi muhammad  dan menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad kepadanya. Waraqah menekur  sebentar kemudian berkata : “maha kudus ia,  maha kudus. Demi dia yang memegang hidup waraqa. Khadijah, percayalah, dia telah menerima Namus Besar seperti yang telah diterima Musa. Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakana kepadanya supaya tetap tabah
            Khadijah pulang. Dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Dalam tidur yang demikian itu. Tiba-tiba Ia menggigil, nafasnya terasa sesak dengan keringat yang telah membasahi wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya Malaikat datang membawakan wahyu kepadanya:
            “hai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan dari perbuatan dosa. Jangan kau memberi karena ingin mendapatkan lebih banyak.  Dan demi tuhanmu, tabahkan hatimu.”
            Dipandangnya ia oleh khodijah, dengan rasa kasih sayang yang besar. Didekatinya ia perlahan lahan seraya dimintanya, supaya ia kembali tidur dan beristirahat.
            “waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah.” Jawabnya. “jibril membawa perintah supaya aku member peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah. Tapi siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?
            Khadijah berusaha menentramkan hatinya. Cepat-cepat ia mendengarkan apa yang didengarkannya dari Waroqoh tadi. Dengan penuh gairah dan bersemangat sekali kemudian ia menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya itu. Sudah sewajarnya apabila Khadijah cepat-cepat percaya kepadanya. Ia sudah mengenalnya benar. Selama hidupnya laki-laki itu selalu jujur, orang berjiwa besar dan selalu berbuat kebaikan dengan penuh rasa kasih sayang. Selama dalam tahannuth, dilihatny betapa besar kecenderungannya kepada kebenaran. Dan begitu juga pertama kali tatkala dia keluar dan kembali dari Gua Hiro, sesudah kerosulannya. Ia bingung sekali kemudian dimintanya oleh Khadijah, apabila malaikat itu nanti datang supaya diberitahukan kepadanya.
            Bilamana kemudian Muhammad  melihat malaikat itu datang, didudukkannya ia oleh Khadijah di paha kirinya  kemudian di paha kanan dan pangkuannya. Malaikat itupun masih dilihatnya. Khadijah menghalau dan mencampakkan tutup mukanya. Waktu itu tiba-tiba Muhammad tidak lagi melihatnya. Khadijah tidak ragu bahwa itu malaikat, bukan setan.

D. Petunjuk Pelaksanaan Tugas Kerasulan
            Turunnya wahyu kedua, yaitu surat al-Muddatstsir, membuat Rasulullah saw memasuki tahapan baru dalam berdakwah. Beliau mulai menyebarkan ajaran islam secara sembunyi. Cara ini ditempuh karena kaumnya adalah orang-orang yang  menjadikan pedang sebagai solusi persoalan dan tidak beragama.Pertama kali Rasulullah menawarkan Islam kepada orang-orang terdekatnya, keluarga besar serta para sahabat karibnaya. Mereka yang tidak memiliki sedikit pun keraguan terhadap Rasulullah saw langsung menanggapi ajakan tersebut dengan baik.
            Firman Allah tentang misi Nabi kepada seluruh umat manusia, yang artinya :
الركِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ(1)
“Alif Lâm Râ, (ini) adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu, agar kamu (dapat) mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dengan izin Tuhanmu, yaitu ke jalan (Tuhan) Yang Maha Agung dan Amat Terpuji”. (QS. Ibrahim, 14: 1).
Lebih tegas lagi, misi kenabian itu dilukiskan al-Qur’an surat al-A’râf ayat ke-157:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
“Mereka orang-orang yang mengikuti Nabi yang buta huruf, mereka temukan namanya tertulis dalam Kitab Taurat dan Injil, (misinya) menyeru mereka pada kebaikan, melarang kemungkaran, menghalalkan sesuatu yang baik bagi mereka, mengharamkan mereka (mengkonsumsi) sesuatu yang kotor, melepaskan mereka dari beban berat dan belenggu-belenggu yang (menggelayuti) mereka”. (QS. Al-A’râf, 7: 157).[5]

            Dalam sejarah Islam,mereka dikenal sebagai as-Sabiqunal-Awwalun (orang-orang yang paling dahulu massuk islam).Yang paling pertama ialah UmmulMu’min,Khadijah binti Khuwalid,budak beliau,Zaid bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi,sepupu beliau,Ali bin Abi Thalib,serta sahabat beliau,Abu Bakar ash-Shiddiq.Pada tahap awal menyebarkan Islam,nabi Muhammad saw sangat berhati-hati.Beliau tidak menyampaikan kenabiannya kepada sembarang orang,tetapi kepada mereka yang dapat di percaya.
            Salah satu perintah pertama Allah kepada Nabi adalah shalat,jauh sebelum peristiwa Isra Mi’raj.Menurut Ibnu Hajar,Rasulullah saw secara qath’i (pasti) pernah melakukan shalat begitu pun dengan para sahabat.Turunnya perintah shalat itu diawali dengan kedatangan Jibril dengan mengajarkan tata cara berwudhu dan Rasulullah mengikutinya.Sementara bila memasuki waktu shalat,beliau dan para sahabat pergi ke perbukitan dan mendirikan shalat secara sembunyi-sembunyi (Ibnu Hisyam).Dan Jibril mencontohkan dua pelaksanaan shalat fardu,yang pertama di laksanakan pada awal waktu,yang kedua di akhir waktu.Lalu Jibril berkata kepada Rasulullah saw,”Shalat itu di antara kedua waktu.”
            Tiga tahun berlalu,dakwah masih dilakukan secara sembunyi melalaui pendekatan individu dan mulai berhasil. Komunitas orang beriman telah menempati posisinya di Makkah,meski masih sangat dini. Seiring dengan itu,turunlah wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan menghadapi kebatilan dengan kebaikan.”Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu). (QS.al-Hijr[15]:94).


III.          PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada  bulan rhamadhan pada tahun ke tiga dari masa pengasingan di goa hiro, allah berkehendak untuk melimpahkan rahmadnya kepada penghuni, memuliakan Nabi Muhammad dengan nubuwwah  dengan menurunkan  malaikat  jibril pada beliau  sambil  membawa ayat-ayat al-qur’an, Usia beliau saat itu 40 tahun,6 bulan,dan 12 hari berdasarkan penanggalan Hijriyah, atau sekitar 39 tahun,3 bulan,dan 20 hari menurut kalender Masehi. Malam itu adalah awal dari masa kenabian Muhammad
Setelah kenabian atau penerimaan wahyu pertama rasulullah mengalami kegelisahan dan istri beliau Khadijah lah yang menjadi sandaran beliau ketika dalam gejolak jiwa hingga pada wahyu yang kedua.setelah Turunnya wahyu kedua, yaitu surat al-Muddatstsir, membuat Rasulullah saw memasuki tahapan baru dalam berdakwah. Beliau mulai menyebarkan ajaran islam secara sembunyi. hingga turunlah wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan menghadapi kebatilan dengan kebaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Furi Syeh Shafiurrohman al Mubarok, 2006 Siroh Nabawiyah, alkautsar buku islam utama, Jakarta
Haekal Muhammad Husain, 2007. Sejarah Hidup Muhammad. Litera Antar Nusa, Jakarta.
Thohir Ajid, 2004. Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasululloh Saw, Bandung.
Yatim Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, RajaGrafindo persada
https://muhfathurrohman.wordpress.com/sejarah/ diakses pada taggal 25/03/2015 pukul 10:25



[1] Syeh shafiurrohman al mubarok furi, siroh namawiyah, (alkautsar buku islam utama, 2006), hlm 89-90
[2] Muhammad husain haikal,Sejarah Hidup Muhammad.Jakarta,Litera Antar Nusa,2001 hal.79
[3] Ibid, hal.80
[4] Syeh shafiurrohman al mubarok furi, siroh namawiyah, (alkautsar buku islam utama, 2006), hlm.92
[5] https://muhfathurrohman.wordpress.com/sejarah/

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Copyright © Komunikasi & Penyiaran Islam (KPI-C '14) | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑